“Selamat sore, Dengan Farouq bisa di bantu”
“Sok serius… Sok resmi. Gak pantes Luh”
“Bagaimana Pak?, eh, setan Luh, monyet… hahahahahahah”
Obrolan berlanjut sekitar insentif dari perusahaan yang ga kunjung cair, kenaikan gaji yang gak jelas kapan, dan kemungkinan ditarik untuk tugas di Jakarta.

Sekarang Lo bayangin seongok makhluk tingginya kira2 180 cm, beratnya agak lebih, kulit putih, doyan makan dan planga-plongo. Sapi. Tapi ngerokok. Oh, itu berarti Farouq. Begitu lah dia.
Sebetulnya, gak pernah satu pembicaraan atara gw dan dia mulus begitu saja. Pasti ada sesi saling menghina. Udah kayak bales pantun penganten Betawi mau masuk rumah calon mempelai wanita, tapi dengan komposisi perbendaharaan kata berbagai bahasa, mulai dari bahasa biologi, fauna, dan tingkat kepandaian.
Yang lucunya kalo ada kita dan kemudian ada pihak lain yang mau nimbrung cela2an, gw gak tau mulainya gimana, kita selalu bersatu padu untuk mengalahkan orang tersebut dalam hal percelaan. Kalo itu orang dah nyerah baru kita saling mencela lagi. Sampe ada orang yang bilang Gw ama dia kayak kakak-adik. Inilah celaan ultimate yang gw paling ga trima.
Di antara sedikit hal yang kita pernah sepakati salah satunya adalah pernikahan. Gambaran kita mengenai pernikahan persis kayak gambaran cowo2 di film The Bachelor. Kuda liar yang berlari riang di alam bebas trus tau2 dijerat ama laso kemudian menjadi penghuni kandang yang gak bebas lagi.
Kira2 tahun 2006 si Farouq melangsungkan pernikahan. Gw sempet mikir mungkin karena kita dah terpisah jauh si Farouq jadi kehilangan keyakinan, sehingga terjebak dalam ritual penjeratan tersebut. Well, Gw gak dateng ke pestanya karena lokasi pestanya kurang didukung oleh kemampuan financial.
Beberapa lama kemudian kita ketemu via dunia maya di sebuah English forum. Kebetulan topik yang dibahas masalah pernikahan.
“ So, you’re married now. What happen to the wild horse Rouq?”
“Well, actually it’s not that bad man. Things change, but they are getting better”
Pembicaraan berlanjut ke masalah tempat tinggal, biaya hidup, punya anak dll. Ditambah lagi dengan peserta diskusi lain yang mendukung langkah Farouq tersebut. Pokoknya intinya akan tiba waktunya bwt gw untuk menentukan langkah dan mengambil tanggung jawab gak cuma atas diri gw sendiri tapi jg orang lain yang gw cintai. Anehnya hal itu terjadi bukan karena keterpaksaan, tapi karena emang Lo butuh untuk melakukan hal itu. Pembicaraan waktu itu cukup panjang dan gw rasa itulah pembicaraan paling bermutu kita selama ini. Di akhir pembicaraan waktu itu, si sompret Farouq tetep bilang
“As far as I know, Arif has no any interest in having Babies. He’s just interested in “the Process” of making babies”
Dan semua peserta diskusi rela ngetik “hahahahhahahahahahah”
Setan.