Selasa, 27 Mei 2008

Tonkol Darat

Tonkol Darat. Nama tersebut tercetus sekitar tahun 2002. Dimulai dari kebiasaan Gw dan lima orang temen kuliah (Nay, Her, Ry, Had & Bim) menggunakan kata “Tongkol” untuk menggantikan kata “Tolol” dalam menegaskan tingkat intelegensi seseorang. Karena keseringan, udahannya orang-orang manggil kita Tonkol Darat yang definisinya adalah "sekumpulan pemuda tak tentu arah yang sering menggunakan kata Tonkol dan hidup di darat". Huruf "G" pada kata Tongkol sengaja dihilangkan supaya dalam penulisan lebih eye catching.
Nay adalah seorang putra Betawi. Domisili di sekitar Manggarai. Kadang-kadang kita panggil dia Mangganay untuk menghormati tanah leluhurnya. Keunikan beliau adalah seringnya dia bergaul dengan orang-orang dari fakultas sebelah. Bahkan memutuskan untuk tinggal serumah dengan mereka ketimbang milih kosan atau kontrak rumah dengan temen2 satu fakultas. Well, at least dia bisa menjual dirinya keluar lingkungannya. Keanehan yang lain adalah Nay pernah naksir berat dengan salah satu senior. Sebetulnya yang bikin aneh alesannya, dia kesengsem banget saat senior tersebut ngomel-ngomel dan ngebentak2 kita waktu ospek. Kebayang gak? Ditengah2 makian, bentakan dan cercaan dia bisa menemukan benih cinta (walaupun bertepuk sebelah tangan) di situ?
Her peduli banget dengan rambutnya. Sebetulnya, mati gaya dengan rambutnya. Sumpah, kriting keribo orang bunting naek kebo. ampe bingung mau diapain. Bolak-balik ke salon ya begitu-begitu aja. Udahannya pada saat F4 lagi booming dan teknologi bonding rambut mulai terkenal dia mutusin untuk ngebonding rambutnya. Hasilnya? Lo tau marmer lantai yang ukuran 30 cm x 30 cm? Sekarang bayangin benda tersebut tumbuh di kepala seseorang.
Ry punya kebiasaan ngilang. Dia ikut berbagai kegiatan di luar kampus. Kita memutuskan menyebut kegiatan dia dengan kata "Ngaje". Asal katanya dari "KJ" yang yang diberi imbuhan "Ng" sehingga menjadi kata kerja dan merupakan singkatan dari "Kagak Jelas".
Had agak2 rasialis. Dia hanya tertarik pada wanita-wanita etnis tertentu. Fantasi sexnya menjijikan. Sampe rada males Gw ngebahasnya di sini.
Bim memiliki anugerah berupa pigmen yang berlimpah. Item maksudnya.Tingkahnya paling aneh. Pernah satu kali kita dateng ke pusat perbelanjaan tiba-tiba dia bediri di deket pajangan pakaian dalam trus tereak tereak "masih ada, masih ada. ayo mbak yang baju merah, jangan liat-liat aja. yang jauh mendekat yang dekat merapat". Persis kayak tukang beha di tanah Abang. Kita cuman bisa ngelus dada sambil istighfar dari jauh.
There are so many things that we share. Moment paling meaningless adalah ngabisin malem minggu di Dago sambil nongkrong di Roti Bakar Madtari. Kebayang kan? Malem Minggu, 6 orang cowo, roti bakar. Kalo kata salah seorang Senior Manager di salah satu unit kerja "Buat apa Kau punya K**t*l?"
Sedangkan momment yang lumayan berarti adalah sama-sama sebagai satu tim ngerjain proyek Manajemen Stratejik. Kebayang lagi kan? Malem Minggu, 6 orang cowo, perpustakaan. Paling nggak kita dapet jempol dari dosen dan tim lain untuk tugas gila tersebut.
Sekarang semua dah pada mencar. Nay jadi tukang bangunan di Jakarta (perusahaan kontraktor swasta), Her jadi tukang minyak di Balikpapan (BUMN pertambangan), Ry jadi tukang susu di Surabaya (perusahaan multi nasional), Had jualan sembako dan kebutuhan rumah tangga di Palembang (perusahaan jaringan supermarket), dan Bim jadi tukang rokok di Jakarta (perusahaan produsen rokok). i miss u all guys...

Senin, 05 Mei 2008

Studi Linguistik

Paling nggak ada 3 bahasa yang bisa Gw jabarkan contoh perbedaan penggunaannya untuk skenario yang sama. Lo bayangin ada orang naik angkutan umum dan tiba waktunya untuk berhenti.
Di Jakarta,
"Pemberhentian berikutnya Bundaran HI. Periksa barang bawaan Anda dan hati-hati melangkah. Next destination Bundaran HI. Please check your belonging and step carefully".
Trus biasanya kedengeran orang ngomong "Permisi... permisi... permisi..." takut kebawa ke halte berikut gara-gara ketiduran sambil nyelip2 di antara ketek orang yang pegangan ke atas.
Di Bandung, terjadi sedikit percakapan.
"Kiri a'.
"Payun sekedik Jang, aya polisi".
Terjemahannya
"Bro, minggir dong".
"Depan dikit Brur, ada polisi".
Di Medan
"Minggir Bang! Woy Bang Minggir! Hoy! Minggir lah Kau!".
"Sabar sikit!" trus berhenti setelah suasana hati si sopir rada enak. hahahahhehehehhhh.
Ada juga beberapa kejadian yang berkaitan dengan bahasa. Suatu hari Gw berhadapan dengan seorang nasabah yang dananya turun drastis
"Bu, kok dananya gak pernah naik lagi nih? Pindah ke bank lain ya?" dengan tampang sok akrab.
"Uang ku hilang ditoko, Bang"
(hipotesa awal: si Ibu ini buka toko dan uangnya dipake buat beli toko tsb.
"Memangnya Ibu beli toko di mana? Apa tidak lebih baik kami tawarkan kredit?". Cross sellingnya jalan dong...
"Ditoko orang, Bang"
(Hipotesa kedua: Si ibu ini beli toko trus tokonya disedekahin ke orang).
"Oohh.. trus tokonya sekarang dipake apa?" Tetep nyari peluang bisinis...
"Ditoko orang, Bang... Kena toko Aku... Kena Tipu!".
Damn! ternyata "toko" itu di Medan artinya "tipu".
Gw yakin Lo yang pada gak pernah bergaul secara Medan gak tau juga hal ini.

Suatu hari Gw ada training, waktu Oom Fasilitatornya ngomong kurang jelas lidah Gw yang telah terkontaminasi beras ama aer Medan kontan menyergah
"Cemmana?"
(Cemmana itu awal katanya dari "macam mana" yang artinya "bagaimana").
Sontak seluruh mata milik pihak-pihak yang mengkondisikan diri untuk mendengar bahasa Jakarta karena secara geografis memang sedang berada di Jakarta nengok ke arah Gw sambil geleng-geleng.
Daripada tanggung sekalian Gw ralat
"Cemmane?"
(Asal kata dari "macam mane" yang artinya "begimane" dalam bahasa Betawi).

Kejadian lain di Jakarta tiba-tiba Gw mendendangkan lagu Batak yang judulnya Boru Panggoaran. Sempet ngetop waktu dibawain sama Victor Hutabarat. Temen-temen Gw yang orang Batak ampe tercengang!
Kejadian lain berkaitan dengan lagu, Gw sempet masang ring back tone lagunye Benyamin Sueib "Gerimis". Trus satu kali ada security kantor Gw nelpon ngabarin ada masalah di kantor.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam Pak Arip.. Maap ganggu pak... ATM kita uangnya sangkut nih...".
Gw langsung tancep gas ke kantor karena ATM yang gak berfungsi merupakan isu krusial di dunia perbankan.
Lagi tengah2 berjuang make kolor, telepon berdering lagi. Waduh, pasti orang kantor pusat dah mulai negor ke kantor Gw nih.
"Assalamu'alaikum, iye iye... Gw begerak nih".
"Nggak papa kok Pak, Saya cuman pengen denger lagu Benyaminnya lagi"...
Horas!!!

Senin, 21 April 2008

Fakyuki

Hmmm… Waktu menunjukkan jam 16.22. Ditengah kemuak-an akan kerjaan, IHSG yang turun 13 poin, dan keinginan untuk pindah ke Jakarta gw dihibur oleh sepotong cokelat & segelas kopi. Then, sebuah sms pop-up di PDA gw dari Farouq, fellow satu company dan kebetulan sama-sama tukang kredit, tapi secara geografis lumayan jauh. Do’i di Jambi. Daripada repot ngetik sms Gw putuskan buat nelpon dia.
“Selamat sore, Dengan Farouq bisa di bantu”
“Sok serius… Sok resmi. Gak pantes Luh”
“Bagaimana Pak?, eh, setan Luh, monyet… hahahahahahah”
Obrolan berlanjut sekitar insentif dari perusahaan yang ga kunjung cair, kenaikan gaji yang gak jelas kapan, dan kemungkinan ditarik untuk tugas di Jakarta.
Sekarang Lo bayangin seongok makhluk tingginya kira2 180 cm, beratnya agak lebih, kulit putih, doyan makan dan planga-plongo. Sapi. Tapi ngerokok. Oh, itu berarti Farouq. Begitu lah dia.
Sebetulnya, gak pernah satu pembicaraan atara gw dan dia mulus begitu saja. Pasti ada sesi saling menghina. Udah kayak bales pantun penganten Betawi mau masuk rumah calon mempelai wanita, tapi dengan komposisi perbendaharaan kata berbagai bahasa, mulai dari bahasa biologi, fauna, dan tingkat kepandaian.
Yang lucunya kalo ada kita dan kemudian ada pihak lain yang mau nimbrung cela2an, gw gak tau mulainya gimana, kita selalu bersatu padu untuk mengalahkan orang tersebut dalam hal percelaan. Kalo itu orang dah nyerah baru kita saling mencela lagi. Sampe ada orang yang bilang Gw ama dia kayak kakak-adik. Inilah celaan ultimate yang gw paling ga trima.
Di antara sedikit hal yang kita pernah sepakati salah satunya adalah pernikahan. Gambaran kita mengenai pernikahan persis kayak gambaran cowo2 di film The Bachelor. Kuda liar yang berlari riang di alam bebas trus tau2 dijerat ama laso kemudian menjadi penghuni kandang yang gak bebas lagi.
Kira2 tahun 2006 si Farouq melangsungkan pernikahan. Gw sempet mikir mungkin karena kita dah terpisah jauh si Farouq jadi kehilangan keyakinan, sehingga terjebak dalam ritual penjeratan tersebut. Well, Gw gak dateng ke pestanya karena lokasi pestanya kurang didukung oleh kemampuan financial.
Beberapa lama kemudian kita ketemu via dunia maya di sebuah English forum. Kebetulan topik yang dibahas masalah pernikahan.
“ So, you’re married now. What happen to the wild horse Rouq?”
“Well, actually it’s not that bad man. Things change, but they are getting better”
Pembicaraan berlanjut ke masalah tempat tinggal, biaya hidup, punya anak dll. Ditambah lagi dengan peserta diskusi lain yang mendukung langkah Farouq tersebut. Pokoknya intinya akan tiba waktunya bwt gw untuk menentukan langkah dan mengambil tanggung jawab gak cuma atas diri gw sendiri tapi jg orang lain yang gw cintai. Anehnya hal itu terjadi bukan karena keterpaksaan, tapi karena emang Lo butuh untuk melakukan hal itu. Pembicaraan waktu itu cukup panjang dan gw rasa itulah pembicaraan paling bermutu kita selama ini. Di akhir pembicaraan waktu itu, si sompret Farouq tetep bilang
“As far as I know, Arif has no any interest in having Babies. He’s just interested in “the Process” of making babies”
Dan semua peserta diskusi rela ngetik “hahahahhahahahahahah”
Setan.

Selasa, 15 April 2008

Pengusaha-pengusaha gila

Sbg tukang kredit gw banyak bergaul dengan pengusaha-pengusaha baik sebagai debitur maupun prospek gw. Hmmm… setelah kurang lebih 6 bulan yang sangat menyiksa di bidang ini, Gw bisa menyajikan daftar beberapa pengusaha yang secara fantastis dan mencenggangkan bisa membuat gw terpana dengan ke”gilaannya”. Atau lebih tepatnya menciptakan suasana was-was buat Gw sebagai pengelola rekening mengenai kemampuan (ability) dan keinginan (willingness) mereka dalam memenuhi kewajiban kreditnya.
Pengusaha gila Nomer 5:
Awalnya cuma jualan sembako. Gak tahan dengan godaan dan terpaan jaman serta tuntutan kehidupan yang lebih baik, beliau memutuskan untuk mengembangkan usahanya dengan menjual rokok, miras dan sebagai “gong”nya ybs mulai memproduksi meja bilyar berbagai ukuran.
Pengusaha gila Nomer 4:
Pertama kali janjinya cuma sebagai tukang ngadain barang-barang furniture buat perkantoran. Belakangan demi menerawang prospek yang masih kabur, mulai jail memasok alat tulis, sepatu, baju olah raga, pipa (??), ama cat tembok. Target market juga jadi membabi buta dari mulai kantor pemda ampe taman kanak-kanak
Pengusaha gila nomer 3:
Semua berawal dari usaha pabrik cat kayu. Karena satu dan lain hal (peraturan illegal logging salah satunya), do’i mulai bikin dempul kayu(masih nyambung), cat tembok (lumayan nyambung), dempul mobil (hm, mungkin kalo mobilnye nabrak tembok yang barusan dicat jadi perlu di dempul), sampe ke fiber glass berbagai warna (mungkin kalo dempul mobil tadi gak berhasil jadi ditutup pake fiber glass aja penyoknya). Mungkin juga dia bikin paket hemat, kalo beli semua dapet diskon.
Pengusaha gila nomer 2:
Di nota analisa terakhir tujuan penggunaan dana adalah modal usaha jual-beli barang bekas. Gw udah ambil ancang-ancang ngebayangin bakal dateng ke tempat sejenis pembuangan sampah. Well, emang usaha barang bekas masih ada. Tapi kira2 tinggal 30 persen. Begitu Gw nyampe di TKP betapa menakjubkannya lokasi usaha telah dirubah menjadi salon kecantikan. Mungkin sang empunya menemukan jati dirinya di bisnisnya yang baru.
Pengusaha gila yang juara:
Awal mula usaha garment dengan sub spesialisasi pakaian olah raga anak-anak sekolah. Laporan terakhir sang pengusaha sudah beralih ke usaha Kontraktor Pemeliharaan Kebun Sawit. Dengan memakai nama perusahaan yang sama yang mana kira-kira namanya "Amburadul Garment Industry". Si empunya kebon sawit yang ngasih kerjaan ke dia kok bisa mempercayakan kebonnya ke pengusaha garmen ya? Sampe sekarang gw masih suka merenung, ini orang dapet petunjuk mungkin gara-gara ikutan SMS premium yang isinya ramalan yang banyak diadakan oleh para dukun, atau dapet wangsit waktu bobo siang, atau kesambet jin kebon, atau emang iseng mau bikin Gw gila? Kampret, bikin Gw pening aja.
Dari kelima posisi tersebut 3 orang sudah masuk dalam datar kredit bermasalah. Hmmm... mungkin orang-orang tersebut pernah berkumpul suatu hari trus ada yang buka wacana "mari kita buat tukang kredit kita bekerja lebih keras". Pret...

Selasa, 01 April 2008

Kondangan

Yup, seremonial dimana pada hari itu dilegalkan lah perbuatan seks dan penerusan keturunan antara dua insan yang berbeda. Kondangan selalu menjadi moment yang mendatangkan beberapa perasaan yang lumayan warna-warni.
Seneng “Alhamdulillah, anak perawan saya yang terakhir menikah juga. Selelsai sudah tugas saya. Tinggal nunggu cucu”.
Sirik “Muka pas-pasan, ada juga yang berani ngelamar. Gw yang udah pol gini kok belum dilamar ya?”
Khawatir “Damn! si Kunyuk pake kawin lagih. Pasti berikutnya Gw nih ditagih”
Lega “fiuuhhh… kawin juga dia. Brarti kalo yang minggu lalu ‘jadi’, paling yang disalahin suaminya. Gak mungkin dia minta Gw tanggung jawab kan?”
Pengharapan “Ooohh… udah kerja? Tante kenalin ya sama anak tante. Dia lagi ambil FK spesialis mandiin mayat. (trus tereak manggil anaknya yang lagi ngantri kambing guling)”.
Ada yang bela2in dateng karena orang deketnya yang married, ada yang najong tradongdong mau dateng karena mantannya yang married, ada yang dengan senang hati nemenin temennya dateng karena numpang makan, ada yang dandan mampus abis2an dengan harapan ketemu jodohnya di sana, ada yang sama sekali gak kenal tapi pas kebetulan lewat dan pengen banget nimbrung ama orang2 baru… macem2 dah.
Kalo Gw tetep berpegang teguh pada prinsip, kalo emang diundang dateng ke kawinan, ya Lo musti dateng. Ceteris paribus (dengan asumsi hal2 lain seperti jarak, cuaca, waktu, dll diabaikan). What ever lah ada sederetan orang baris mulai dari penerima tamu ampe ke dapur yang nanya “kapan nyusul?”. Kalo lagi enak paling gw bilang “doain aja..”. Tapi kalo nanyanya pake nada yang rada fals dan dari orang yang rada2 kurang penting paling Gw jawab “Besok!” sambil jalan menuju stand es puter.
Satu kali pernah Gw ke kondangan di Medan. Datengnya be 3 sama Ichsan & Ella. Biasalah yang cowo2 pake batik cewenya pake kebaya. Berhubung yang kawinan adalah pejabat pemerintahan setempat (lurah) Ella memutuskan pake kebaya lengkap plus kipas di tangan karena kebetulan warnanya matching.
Pestanya lumayan rame. Gw sempet siapin kamera handphone karena ada upacara penyambutan khas STPDN (yang kawin alumninya) waktu pengantennya masuk. Siapa tau upacaranya pake digebugin & ditendangin segala, kan lumayan bisa dijual ke TV. Makanannya juga enak.
Kelucuan mulai terasa ketika pulang. Gw dan Ichsan kpengen nonton. Ella udah pasang aksi boikot dengan menegaskan gak akan mau ikut nonton dan ngancem nekat pulang sendiri. VW Kodok Ichsan tetep masuk ke basement Palladium dan memuntahkan 3 orang dengan kostum kondangan dari dalem perutnya setelah parkir. Ella terpaksa ikut turun daripada manyun nunggu di parkiran atau nyetop taksi sendirian. “Dasar kalian memang pria jahanam”.
Hahahahahehehehhh… Sebetulnya Gw & Ichsan gak pengen2 amat nontonnya, Tapi demi ngeliat Ella panic kita jadi kepengen banget.
Perjalanan dimulai dari spot tempat parkir ke pintu masuk. Petugas tiket parkir, security dan beberapa pengunjung dapet tontonan gratis perempuan berkebaya lengkap diapit dua cowo cepak berbatik. Jadi kayak ibu2 pejabat pulang arisan dikawal paspampres maksa pengen belanja. Dari escalator basement ke lift orang2 mengalihkan pandangan dari rok mini SPG2 pameran ke emak2 kebaya lengkap dengan 2 anak muda berbaju rapih, jadi kayak mami2 dan dagangannya. Hahahahahehehehehhhh….
Di lift dari mulai lantai G ke lantai 3, orang2 di lift senggol2 temennya sambil nahan ketawa.
Di bioskop Ella berdiri agak deket tiang supaya gak terlalu keliatan. Orang2 malah ngira dia pajangan buat film Menikah Dalam Kubur.
Hasil dari ngantri dan nahan ketawa ternyata tiket nonton abis.
“Tu lah, puas kalian?” sentak si Ella. Ngeliat Ella lagi manyun sambil kipas2 deket tiang Gw & Ichsan memutuskan pura2 diskusi soal film lain sampe kemudian dateng satu orang yang kenal sama Ella dan nanya “rapih ‘kali Kak?”. Kita ketawa dan langsung cabut setelah ngebantu Ella ngejelasin kalo dia lagi ngidam nonton di bioskop kayak nyonye dan tuan di gedongan.
Sampe sekarang kita selalu certain ke orang2 kejadian itu, dengan versi Ella maksa banget pengen nonton pulang kondangan.

Senin, 17 Maret 2008

Babe Gw

Panggilan akrabnye Bang Uut. Anak Betawi asli yang gedenye di daerah Paseban. Tukang Ingsinyur, pensiunan perusahaan swasta yang sekarang bikin usaha kontraktor. Tidurnye ngorok & rajin tahajjud. Asli nih orang Betawi gawat banget. Kalo ngomong suka serampangan.
Tiap kali ada temen Gw cewe dateng ke rumah atow nelpon dan kebetulan die yang angkat, die selalu wanti2 "jangan mau Lo di bo'ongin ame si Mamad", Mamad nama Gw di rumah btw...
Pernah satu kali temen gw yang abis operasi sinus nelpon ke rumah & diangkat ame babe gw, die bilang "gimana idungnya? kata si Mamad kayak abis ditonjokin orang Batak?", sumpah Gw agk pernah ngomong kayak gitu.
Ada juga temen Gw yang hobby ngirim makanan ke rumah. Untuk mengatur pelaksanaan pengembalian pyrex tempat makanan, die telpon Gw
"Ntar kalo lo gak sempet anter, gw yang ambil deh ke rumah Lo"
"Beneran Lo mau ngambil? jadi enak nih Gw... He3x"
tiba2 babe Gw interupsi
"Ntar aje ambilnye, tunggu pyrexnye numpuk lima biji di rumah"
Satu kali die pernah banget hobi ikan. Trus die bilang ame gw "Lo malu gak kalo ditanya perkerjaan orang tua Lo jawab Tukang Ikan?". Lah, Gw mah nyantai aja.
Tampang beliau banyak yang bilang ganteng.
One day gw balik ke Jakarta liat rambut die agak gondrong.
"rambut gondrong bos?"
"Iye, tukang cukurnye mati". dengan tampang datar.
Setelah dikonfirmasi emang tukang cukur tsb telah meninggal dunia.
Actually, Gw agak jarang ngobrol ama dia. Sejujurnya sering kurang akur.
Satu malem Gw nelpon ke rumah, biasanya kalo si babe yang angkat, pembicaraan cuma berupa,
"Salamlekum"
"Kum salam"
"eh, elo Mad, nih nih emak Lo nih..."
trus gw ngobrol ama emak Gw.
Tapi waktu itu agak beda
"Salamlekum"
"Kum salam"
"Eh Mad, kapan Lo balik?"
agak kaget, tumben "Ah, gak tau nih, doain lah biar cepet ditarik"
"minggu depan libur panjang Lo gak pulang?"
makin kaget "mahal tiketnye, lagian tanggung kalo cuman long weekend, sekalian pindah gituh kan enak"
"Ya Lo minta dong ame bos Lo. Bilang Lo dah bosen di Medan, ape perlu Gw yang ngomong?"
"halah.., si mamah ada?"
"ngpain Lo lama2 di sana? Kalo emang kagak demen di sana bilang. Biar tu orang pade tau"
"Iye, ntar Mamad bilang.."
"Nih nih emak Lo nih"
Man... agak janggal Babe Gw nyuruh pulang & pindah. Biasanya boro2, kalo gw pegi bawa mobil di Jakarta paling kalo kemaleman die suruh pulangin mobilnya doang. Malahan die pernah bilang "kalo saban hari maen ampe pagi mending jangan pulang deh Lo, capek Gw bukain pintu"
Ari-ari Gw waktu lahir dibuangnye ke laut Ancol, "biar jauh langkahnye nih anak" die bilang.
Trus knape die cariin Gw skarang? Orang-orang ngeledekinnye "si Bang Uut keilangan sparing tuh si Mamad pegi"

Minggu, 16 Maret 2008

Me & My buddy

Salah satu kebahagiaan yang dianugerahkan pada orang2 yang kerja di luar kota adalah bisa pulang gratis. Di perusahaan tempat Gw kerja hal yang paling lumrah berupa training ke Jakarta. Tanggal 7 Feb 2008 nyampe lah Gw di Jakarta tercintah.
Kira2 1 jam setelah landing di Jakarta temen Gw Ella (wanita jahanam penunggu Medan) ngsms ngingetin temen kita yang lain, ichsan, ulang tahun hari itu. Well, Gw bukan tipe yang rajin ngucapin slamet ultah ama orang, secara Gw yakin tiap hari umur kite bukannya nambah justru berkurang. Jadi makin deket ama mati, ngapain dislametin?
Anyway, si Ichsan ini anak Medan asli. Gw inget kata2 pertama dia waktu kita baru kenal "Kau suka dugem?". Gw langsung mendelay tobat dan kita jadi deket sejak saat itu. Di saat perantau2 senasib lain repot meratapi takdir sambil ngigo "kapan Gw ditarik ke Jakarta lagi?", Ichsan ngbantu banget nunjukin asiknya Medan.
Hm... keceriaan kita pernah agak terganggu. Saking deketnya beberapa orang gosipin kita gay. Yah, kita sering jalan bareng, dugem bareng, sama2 suka VW kodok, doyan nonton, makan & nyela orang. tapi sumpah kita juga doyan bgt ama cewe. Awalnya Gw cuek2 aja, tapi lama2 empet juga dengernya. Sampe pada satu malem kita ke kawinan temen. Gw dtg be 2 ama Ichsan. Dengan pentingnya segerombol kutu kupret musti nangkring deket penerima tamu. Begitu ngeliat kita be2 langsung pada berkicau yang kira2 terjemahan dari bahasa setannya kayak gini " cie... pasangan homo dateng nih...". Dalam keadaan laper hasrat defensif Gw jadi lebih reaktif. Semprotan balik langsung terdelontorkan "Iya, kita emang homo, tapi Elo pecunnya dan Elo kita bayar". Gw ama Ichsan langsung ngeloyor masuk (seinget Gw ga pake gandengan tangan) meninggalkan makhluk2 gak penting tersebut mencoba mencerna kata2 Gw yang baru menohok qalbu mereka.
Balik ke issue awal, akhirnya Gw telpon dia. Percakapan berikut terjadi dalam logat Melayu Medan.
"Halo"
"Salamlekum..."
"Kum salam"
"Kau lagi di mana San?"
"Siapa ini?"
"Arif, Kau gak kenal lagi suaraku ya??"
"Eh, di Jakarta Kau ya?"
"Iya, ada training Aku". Eh, nambah tua Kau hari ini ya?"
"Bagus bagus Kau bicara"
"He3x. Ya Allah, semoga Ichsan sehat selalu"
"Amin"
"Semoga rejeki Ichsan lancar"
"amin"
"Semoga Ichsan cepet ketemu jodohnya"
"amin, kalo bisa tahun ini married lah"
"Iya, semoga tahun ini"
"amin"
"Semoga VW Kodoknya Ichsan buat Arif"
"Amin, eh, apa Kau bilang?"
"Semoga VW Kodoknya Ichsan buat Arif"
"Suka hati Kau lah, Amin"
"Makan2nya tunggu Aku ya San.."
"Iya"
"Yaudahlah, interlokan nih mahal"
"Iiihh penting kali Kau"
"Salamlekum"
"Kum salam".
Yup, Medan emang jadi gak begitu suram kalo Gw lagi ama temen2 Gw.

Rabu, 05 Maret 2008

Gw Gak Puas Dengan Hidup Gw...

Hmmm... I got another confession to make. Biasanya Gw rajin banget cukur bulu2 yang nongol di muka Gw. Kumis, jenggot, di bawah bibir, sampe ke bulu idung (well, yang ini gak di muka Gw siy, tapi bisa tumbuh sampe ke muka kalo dibiarin). Kali ini Gw membiarkan bulu2 (kecuali bulu idung) untuk tumbuh secara serampangan 6 hari terakhir. Gw bukan termasuk orang yang hormon perbuluannya meledak2 jadi ampe brewokan sih... Tapi lumayan rame lah jadinya muka Gw.
Kemarin, temen segedung di kantor Gw ngeliat hal itu, tercengang sebentar dan berujar "wipe that mustache out off your face", Gw cuma pasang tampang males ngebales "uh-huh". Sehari sebelumnya ada juga temen Gw yang komentar "kayaknya ada yang berubah dengan rambut Lo". Gw cuman ngelengos bilang "Gw berencana tampil sejelek mungkin". "kenapa?". "Gw gak puas dengan hidup Gw".
Yup emang itu alesannya. Hidup Gw sekarang sebagian besar udah dikuasai sama kerjaan, yang sayangnya, Gw kagak demen ama kerjaannya. Sebagian besar hidup Gw... catet! Satu hari ada 24 jam. Jam kantor Gw resminya dari 7.30 sampe 16.30. Tapi tiap hari keresmian itu cuman angan2. Gw pulang di atas jam 18.00. artinya jam kerja udah jadi 10,5 jam. Yakin cuman segitu? Gw bangun pagi jam 6 (makasih buat aDinda yang selalu menyapa pagiku dgn morning call mesranya). Trus siap2. ampe 6.30. Artinya mulai 6.30 Gw dah memberikan waktu untuk kerjaan Gw. 10,5 + 1= 11,5 jam.
Trus emang begitu pulang kantor urusan selesai? Sayangnya nggak... Hal ini Gw sadari pada suatu hari Gw lagi mandi sepulang kantor. Lagi enak2nya ngguyur badan tiba2 Gw keinget "struktur kredit si "A" kayaknya bisa diubah jadi lebih simple deh". Man... Gw lagi mandi telanjang bugil, musti mukanya debitur Gw yang nongol di bayangan? Paling nggak bengong2 kayak gitu dikumulatif makan waktu 1 jam jadi lah 11,5 +1 = 12,5 jam. Ini dengan asumsi optimis pulang kantor jam 6. Kadang2 bisa tembus ampe jam 21.00.
12,5 jam brarti udah lebih dari setengah idup Gw bwt kerjaan. Gilanya lagi, mungkin ini bisa dipahami sama orang2 yang bekerja dibidang yang sama, Yang namanya kredit di perbankan is a never ending job. Jadi intinya Lo pulang tenggo jam 16.30, ato mau berdedikasi tinggi pulang jam 21.00 ya sama aja, kerjaan gak kelar.
Trus apa hubungannya dengan tampil jelek? Hm, maksudnya gak ampe jelek siy. Cuman rada males cukur aja. Well, bayangin, di kantor Gw kira2 ada 40 orang. Yang beda jenis kelaminnya ama Gw cuma 4. 2 udah married, 2 lagi not my type, and i'm exactly not their type. Cewek Gw jauh... kira2 total 3,5 jam naek pesawat.
Trus temen2 seruangan Gw percaya bahwa ritual untuk menjadi tukang kredit sejati adalah dengan ngerokok sebrutal2nya. Mungkin kalo aktivis lingkungan masuk ke kantor Gw bisa pingsan ngeliat asep di kantor Gw kayak kebakaran hutan. Kampret, satu kali Gw pulang kantor buka baju, dan ternyata baru rokoknya nyerep ampe kolor Gw (dan Gw bukan tipe orang yang suka buka celana kalo lagi di kantor). Jadi kalo Gw kelimis dateng ke kantor juga setelah diitung2 agak2 buang waktu. Untuk nyukur kira2 5 menit. Lumayan lah buat jadi waktu Gw buat kantor 12,5 jam kurang 5 menit. Taiah...